102 views

Dinas Kesehatan Indramayu: Kenali Tuberculosis dan Cara Mengobatinya

News

koranpotensi.com – INDRAMAYU

Tuberculosis atau disingkat TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi dan berpotensi serius pada paru-paru. TB menjadi satu dari sepuluh penyakit mematikan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan, dr. Wawan Ridwan, yang didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dede Setiawan, melalui Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), dr Bintang Kusumawardhani pada Kamis 17 November 2022.

Bintang mengatakan TB terbagi menjadi dua, yakni TB sensitif obat dan TB resisten obat (RO). Kedua jenis TB ini harus ditangani secara berbeda.

Ia melanjutkan untuk TB sensitif obat harus diobati dengan obat-obatan yang sudah disiapkan pemerintah. Masa pengobatannya juga rutin selama enam bulan. Adapun terapi pengobatannya, lanjut Bintang, bisa dilaksanakan di Puskesmas, klinik, maupun dokter.

“Untuk TB RO tidak sembarangan, sebab ada layanan khusus dan masa pengobatannya dari satu hingga dua tahun,” jelas Bintang.

Bintang melanjutkan untuk TB RO ada Rumah Sakit yang khusus melayani pengobatan TB RO ini. Untuk wilayah Ciayumajakuning bisa ke RS Gunungjati Cirebon dan RS Paru Sidawangi. Untuk RS Paru Sidawangi, tambahnya, baru ditetapkan sebagai RS khusus pada Agustus 2022 kemarin.

Masih kata Bintang, untuk mengetahui apakah seseorang terkena TB sensitif obat atau TB RO, maka perlu dilakukan pengambilan sampel dahak. Pengambilan ini diperiksa melalui Tes Cepat Molekuler (TCM) yang saat ini alatnya ada di RSUD Indramayu, RS Bhayangkara, RS Sentot Patrol, dan Puskesmas Karangampel.

“Puskesmas di Indramayu bisa melakukan TCM di keempat lokasi itu sesuai pembagian wilayah. Untuk pengiriman sampel, sudah dilakukan kerjasama dengan PT Pos Indonesia,” jelas Bintang.

Saat ditanya soal pasien TB sensitif obat yang terputus pengobatannya sebelum enam bulan, Bintang menjelaskan harus dilakukan TCM lagi. Hal itu untuk mengetahui apakah pasien itu masih TB sensitif obat atau sudah jadi TB RO.

Bintang kemudian melanjutkan bahwa TB ini bisa menyerang siapapun, baik orang dewasa maupun anak-anak. Cuma untuk pendeteksiannya ada perbedaan. Kalau dewasa dan anak yang sudah bisa berdahak bisa langsung dilakukan TCM.

“Untuk anak yang belum bisa berdahak, yang dideteksi adalah apakah dia ada kontak dengan penderita TB, kondisi badan, dan faktor penunjang lainnya untuk pendeteksian,” ungkap Bintang.

Sebagai penutup, Bintang menyampaikan kalau Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri. Ia memerlukan sinergi dengan stakeholder lain, terutama dengan kader-kader kesehatan di desa.

Capaian hingga September 2022, tercatat penderita baru sensitif obat yang berobat sebanyak 1.541 pasien dari 3.925 orang. Sementara itu TB RO 23 pasien dari target 86 pasien.

“Capaiannya masih kecil, oleh karenanya butuh kerjasama dengan berbagai pihak dalam mendapatkan data pasien,” pungkas Bintang.*KACIM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *